Kekuatan Karakter - Satu Kunci Kesuksesan
Pendidikan karakter, guna membekali dan meningkatkan keterampilan peserta didik, lembaga pendidikan mengembangkan komponen pengembangan karakter. Pengembangan karakter bukan merupakan mata pelajaran yang harus diasuh oleh guru, melainkan terintegrasi pada setiap mata pelajaran baik kurikuler, kokurikuler, maupun ekstrakurikuler. Sudahkah kamu tahu tentang apa itu karakter? Karakter merupakan nilai nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya dan adat istiadat.
Pendidikan karakter adalah upaya yang terencana untuk menjadikan peserta didik mengenal, peduli, dan menginternalisasi nilai-nilai sehingga peserta didik berperilaku dengan baik. Dalam pendidikan karakter ditanamkan nilai-nilai perilaku kepada peserta didik yang meliputi pengetahuan, kesadaran dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai, baik terhadap Tuhan, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan maupun terhadap bangsa dan negara. Selain itu dibangun juga sikap jujur, hal ini untuk membiasakan diri kepada generasi mendatang untuk tidak mudah melakukan tindakan yang tercela. Tidak jujur seperti berbohong, menyuap, korupsi demi kepentingan sesaatnya merupakan tindakan yang tidak terpuji. Kebiasaan jujur dilatihkan melalui berkata sesuai kenyataan. Ulangan tidak mencontek, tidak bertanya pada teman terdekatnya atau cara lain yang tidak diperbolehkan menurut tata tertib.
Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan. Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik secara mandiri dapat meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari. Upaya untuk membangun dan mengembangkan karakter manusia dan bangsa Indonesia agar memiliki karakter yang baik, unggul dan mulia adalah melalui pendidikan, karena pendidikanlah yang memiliki peranan penting dan sentral dalam pengembangan potensi manusia, termasuk potensi mental. Melalui pendidikan diharapkan terjadi transformasi yang dapat menumbuhkembangkan karakter positif, serta mengubah watak dari yang tidak baik menjadi baik.
Pendidikan informal sesungguhnya memiliki peran dan kontribusi yang sangat besar dalam keberhasilan pendidikan. Mayoritas peserta didik mengikuti pendidikan di sekolah hanya sekitar 7 jam sehari, atau kurang dari 30 %. Selebihnya (70 %), peserta didik berada dalam keluarga dan lingkungan sekitarnya. Jika dilihat dari aspek kuantitas waktu, pendidikan di sekolah berkontribusi hanya sekitar 30 % terhadap hasil pendidikan karakter. Untuk mengembangkan hasil pendidikan formal dilakukan di pendidikan informal, yakni di dalam keluarga dan di masyarakat sekitar tempat tinggal. Melalui pendidikan informal diharapkan tumbuh dan berkembang karakter seseorang yang akhirnya menyatu dalam dirinya yang membentuk kekuatan karakter.
Pendidikan karakter tidak hanya diberikan secara teoritik di sekolah, namun juga perlu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga akan menjadi kebiasaan. Kebiasaan itu adalah bukti bahwa pendidikan yang diberikan telah merasuk dalam diri seseorang. Ketika makan bersikap sopan, ketika hendak tidur membaca doa, ketika keluar rumah berpamitan, tekun dan semangat mewujudkan obsesi dan cita-cita, jujur, berbuat baik kepada hewan dan tumbuhan, tidak membuang sampah di sembarang tempat. Jadi pendidikan karakter adalah pendidikan yang menekankan pada pembentukan nilai-nilai karakter pada anak didik.
Menurut FW Foerster seorang pencetus pendidikan karakter dari Jerman mengungkapkan ada empat ciri dasar pendidikan karakter yakni:
Berdasarkan penelitian di Harvard University Amerika Serikat, ternyata kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis saja, tetapi lebih pada karakter atau kemampuan mengelola diri dan orang lain. Penelitian ini mengungkapkan, kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20 persen oleh hardskill dan 80 persen oleh softskill. Bahkan orang-orang tersukses di dunia dapat sukses dikarenakan lebih banyak didukung kemampuan softskillnya daripada hardskill. Hal ini mengisyaratkan bahwa mutu pendidikan karakter peserta didik sangat penting untuk ditingkatkan.
Menurut FW Foerster seorang pencetus pendidikan karakter dari Jerman mengungkapkan ada empat ciri dasar pendidikan karakter yakni:
- Pendidikan karakter menekankan setiap tindakan berpedoman terhadap nilai normatif. Anak didik menghormati norma-norma yang ada dan berpedoman pada norma tersebut.
- Adanya koherensi atau membangun rasa percaya diri dan keberanian, dengan begitu peserta didik akan menjadi pribadi yang teguh pendirian dan tidak mudah terombang-ambing dan tidak takut risiko setiap kali menghadapi situasi baru.
- Adanya otonomi, yaitu anak didik menghayati dan mengamalkan aturan dari luar sampai menjadi nilai-nilai bagi pribadinya. Dengan begitu, peserta didik mampu mengambil keputusan mandiri tanpa dipengaruhi oleh desakan dari pihak luar.
- Keteguhan dan kesetiaan. Keteguhan adalah daya tahan peserta didik dalam mewujudkan apa yang dipandang baik. Sedangkan kesetiaan merupakan dasar penghormatan atas komitmen yang dipilih.
Berdasarkan penelitian di Harvard University Amerika Serikat, ternyata kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis saja, tetapi lebih pada karakter atau kemampuan mengelola diri dan orang lain. Penelitian ini mengungkapkan, kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20 persen oleh hardskill dan 80 persen oleh softskill. Bahkan orang-orang tersukses di dunia dapat sukses dikarenakan lebih banyak didukung kemampuan softskillnya daripada hardskill. Hal ini mengisyaratkan bahwa mutu pendidikan karakter peserta didik sangat penting untuk ditingkatkan.
Pembentukan karakter melalui rekayasa faktor lingkungan dapat dilakukan melalui strategi keteladanan, intervensi, pembiasaan, dan penguatan. Dengan kata lain perkembangan dan pembentukan karakter memerlukan pengembangan keteladanan yang ditularkan, intervensi melalui proses pembelajaran, pelatihan, pembiasaan terus-menerus dalam jangka panjang yang dilakukan secara konsisten dan penguatan serta harus disertai dengan nilai-nilai luhur.
Sekurang-kurangnya ada 19 nilai karakter bangsa yang diharapkan dapat dijiwai oleh rakyat Indonesia melalui jalur pendidikan. Adapun nilai-nilai luhur karakter bangsa itu meliputi: religius, jujur, disiplin, tanggungjawab, mandiri, peduli sosial, toleransi, kreatif, kerja keras, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, cinta damai, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, gemar membaca, peduli lingkungan dan gotong royong.
Kegiatan belajar di sekolah yang mengintegrasikan nilai-nilai luhur karakter bangsa yang dilakukan secara rutin atau secara berkala, menumbuhkan sikap pribadi kalian menuju ke penanaman etika dan estetika, sikap moral yang taat aturan, berdisiplin, jujur, tangguh, berkepribadian tinggi, bersikap empati, demokratis, adil, saling menghormati sesama merupakan penanaman nilai-nilai luhur bangsa.
Akumulasi kegiatan pendidikan karakter melalui kegiatan kurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler yang di dalamnya penuh nilai-nilai luhur bagi perkembangan jiwa dalam kurun waktu yang lama dapat membentuk perilaku dan sikap positif. Perilaku positif itu merupakan cerminan karakter manusia Indonesia yang kuat spiritual agamanya, berakhlak mulia, berkepribadian baik, mampu mengendalikan diri dalam situasi apapun, berkecerdasan tinggi, berdedikasi tinggi, percaya diri, mandiri, cakap dan tangguh untuk mengatasi masalah. Semoga melalui pendidikan karakter, sikap-sikap positif menjadi dimiliki oleh generasi muda Indonesia dan mampu menjadi kunci kesuksesan.
Diperbarui pada 4 Maret 2017.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berkomentar dengan baik dan bijak, menghormati satu sama lain. Terima kasih.