Kisah Ini Mengajarkan untuk Selalu Memegang Teguh Syahadat
Kita pasti sering sekali mendengar dan mengucapkan kalimat syahadat. Kalimat ini sering di dengar sewaktu acara-acara seperti pengajian, pernikahan, hingga acara takziah. Sebenarnya apa yang membuat kalimat syahadat yang kita baca setiap sholat, tepatnya saat attahiyyat menjadi penting bagi hidup kita sekarang di dunia dan nanti di akhirat, sekarang marilah kita simak dahulu kisah percontohan untuk memegang teguh kalimat syahadat sewaktu di jaman Rasullullah SAW.
..............................................................................................................................
Kisah Sumayyah binti Khayyat |
Dialah Sumayyah binti Khayyat, hamba sahaya dari Abu Hudzaifah bin Mughiroh. Beliau dinikahi oleh Yasir, seorang pendatan yang kemudian menetap di Mekkah sehingga tidak ada kabilah yang dapat membela, menolak dan mencegah kezaliman atas dirinya, karena dia hidup sebatang kara. Posisinya menjadi sulit di bawah naungan aturan yang berlaku pada masa Jahiliyah.
Begitulah Yasir mendapatkan dirinya menyerahkan perlindungannya kepada Bani Makhzum. Beliau hidup dalam kekuasaan Abu Huzaifah. Dia akhirnya dinikahkan dengan budak wanita bernama Sumayyah. Beliau hidup bersamanya dalam suasana yang tentram. Tidak berselang lama dari pernikahan tersebut, mereka pun dikaruniai dua orang anak, yaitu ‘Ammar dan Ubaidullah. Tatkala ‘Ammar hampir menjelang dewasa dan sempurna sebagai seorang laki-laki beliau mendengar agama baru yang didakwahkan oleh Muhammad bin Abdullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kepada beliau. Maka berfikirlah ‘Ammar bin Yasir sebagaimana yang difikirkan oleh penduduk Mekkah, sehingga kesungguhan beliau dalam berfikir dan lurusnya fitrah beliau, menggiringnya untuk memeluk Dienul Islam.
‘Ammar kembali ke rumah dan menemui kedua orang tuanya dalam keadaan merasakan lezatnya iman yang telah terpatri dalam jiwanya. Beliau menceritakan kejadian yang beliau alami hingga pertemuannya dengan Rasulullah SAW, kemudian menawarkan kepada keduanya untuk mengikuti dakwah yang baru tersebut. Ternyata Yasir dan Sumayyah menyambut dakwah yang penuh berkah tersebut dan bahkan mengumumkan keislamannya sehingga Sumayyah menjadi orang ketujuh yan masuk Islam. Dari sinilah dimulai sejarah yang agung bagi Sumayyah yang bertepatan dengan permulaan dakwah Islam dan sejak fajar terbit untuk pertama kalinya.
Bani Makhzum mengetahui akan hal itu, karena ‘Ammar dan keluarganya tidak memungkiri bahwa mereka telah masuk Islam bahkan mengumumkan keislamannya dengan kuat sehingga orang-orang kafir menyikapinya dengan menentang dan memusuhi mereka. Bani Makhzum segera menangkap keluarga Yasir dan menyiksa mereka dengan bermacam-macam siksaan agar mereka keluar dari dien mereka. Mereka memaksa dengan cara menyeret mereka ke padang pasir tatkala cuaca sangat panas dan menyengat. Mereka membuang Sumayyah ke sebuah tempat dan menaburinya dengan pasir yang sangat panas, kemudian meletakkan di atas dadanya sebongkah batu yang berat, akan tetapi tiada terdengar rintihan ataupun ratapan melainkan ucapan Ahad... Ahad..., beliau ulang-ulang kata tersebut sebagaimana yang diucapkan oleh Yasir, ‘Ammar dan Bilal.
Suatu ketika Rasulullah SAW menyaksikan keluarga muslim tersebut yang tengah tersiksa secara kejam, maka beliau menengadahkan tangannya ke langit dan berseru: “Bersabarlah keluarga Yasir karena sesungguhnya tempat kembali kalian adalah Surga.” Sumayyah mendengar seruan Rasulullah SAW, maka beliau bertambah tegar dan optimis dengan kewajiban imannya. Dia mengulang-ulang dengan berani, “Aku bersaksi bahwa engkau adalah Rasulullah dan aku bersaksi bahwa janjimu adalah benar.” Sehingga bagi beliau kematian adalah sesuatu yang sepele dalam rangka memperjuangkan aqidahnya. Di hatinya telah dipenuhi kebesaran Allah ‘Azza wa Jalla, maka dia menganggap kecil setiap siksaan yang dilakukan oleh para Thaghut yang Dzalim, yang mana mereka tidak kuasa menggeser keimanan dan keyakinannya sekalipun hanya satu langkah semut.
Sementara Yasir telah mengambil keputusan sebagaimana yang dia lihat dan dia dengar dari istrinya. Sumayyah pun telah mematrikan dalam dirinya untuk bersama-sama dengan suaminya meraih kesuksesan yang telah dijanjikan oleh Rasulullah SAW. Tatkala para Thaghut telah berputus asa mendengar ucapan yang senantiasa diulang-ulang oleh Sumayyah maka musuh Allah, Abu Jahal melampiaskan keberangannya kepada Sumayyah dengan menusukkan sangkur yang berada dalam genggamannya ke tubuhnya. Maka terbanglah nyawa beliau dari raganya yang beriman dan bersih.
Dan beliau adalah wanita pertama yang syahid dalam Islam. Beliau gugur setelah memberikan contoh yang baik dan mulia bagi kita dalam hal keberanian dan keimanan, yang mana beliau telah mengerahkan segala apa yang beliau miliki, dan menganggap remeh kematian dalam rangka memperjuangkan imannya. Beliau telah mengorbankan nyawanya yang mahal dalam rangka meraih keridhaan Rabb-nya. “Dan mendermakan jiwa adalah puncak tertinggi dari kedermawanan.”
..............................................................................................................................
Seperti itulah kisah perjuangan dalam memegang teguh syahadat, bukan hanya sekedar kata melainkan makna yang luar biasa yang terkandung dalam kalimat syahadat tersebut yang perlu selalu dipegang hingga akhir hayat. Semoga kisah di atas dapat menginspirasi dan mengilhami kita selaku umat Islam untuk memegang teguh Syahadat kita.
Diperbarui pada 28 Januari 2017.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berkomentar dengan baik dan bijak, menghormati satu sama lain. Terima kasih.