Macam-Macam Penyakit Gunung dan Penanganannya
Aktivitas outdoor seperti mendaki gunung semakin lama kian banyak peminatnya. Aktivitas mendaki gunung menyajikan olahraga sekaligus refresing yang menantang. Hal ini karena dilakukan di alam bebas, jauh dari teknologi perkotaan, juga tantangan alam seperti cuaca, kelembaban, dinginnya udara, dsb. Selain itu ada juga penyakit yang dapat menjangkiti pendaki gunung. Penyakit gunung dapat saja muncul saat seseorang sedang aktif dalam kegiatan pendakian gunung.
Ilustrasi Penyakit Ketinggian |
Banyak macam penyakit gunung, masing-masing memiliki resiko tersendiri. Penyakit gunung dapat menjadi berbahaya apabila kita telah terkena dan lambat dalam penanganannya. Sudah cukup banyak pendaki yang tewas akibat menyepelekan dan tidak tahu tentang penyakit gunung ini. Penting bagi pendaki tahu tentang penyakit gunung dan cara penanganannya sehingga dapat meminimalisir resiko saat mendaki gunung. Beberapa penyakit gunung yaitu:
1. Heat Cramps (Kram Karena Panas)
Heat cramps (kram karena panas) adalah kram/kejang otot yang hebat akibat dari keringan berlebihan, terjadi selama melakukan aktivitas pada cuaca yang sangat panas. Kram ini disebabkan oleh banyak kehilangan cairan dan garam (termasuk natrium, kalium, dan magnesium) dalam tubuh akibat keringat berlebih. Keringat berlebih itu sendiri sering terjadi ketika melakukan aktivitas fisik yang berat. Apabila tidak segera ditangani, kram ini dapat menyebabkan cedera otot serius dan juga penyakit lain seperti heat exhaustion (kelelahan karena panas).
Gejala yang muncul antara lain:
- Kram yang tiba - tiba, biasanya timbul di jari kaki, tangan, betis, pundak, dan kaki.
- Otot mengeras, tegang, otot sulit untuk dikendurkan, dan digerakkan.
- Kram menimbulkan rasa sangat nyeri.
Tindakan penanganan:
- Penderita perlu istirahat sejenak untuk memulihkan/melemaskan kondisi otot.
- Membebaskan bagian yang kram dari adanya pembebanan.
- Mengkonsumsi minuman/makanan yang mengandung garam.
2. Heat Exhaustion (Kelelahan Karena Panas)
Heat Exhaustion atau kelelahan karena panas adalah keadaan yang terjadi karena terpapar/terkena panas selama berjam-jam sehingga banyak kehilangan cairan tubuh akibat mengeluarkan banyak keringat. Banyaknya cairan tubuh yang keluar menimbulkan kelelahan, tekanan darah rendah bahkan hingga pingsan/tidak sadarkan diri. Apabila kelelahan ini tidak segera diatas maka dapat menimbulkan penyakit yang lebih serius yaitu heat stroke.
Gejala yang muncul antara lain:
- Tubuh kelelahan dan lemas.
- Rasa kecemasan yang meningkat.
- Badan basah karena berkeringat.
- Saat berdiri penderita akan merasa pusing karena darah terkumpul di dalam pembuluh darah tungkai, yang melebar akibat panas.
- Denyut jantung menjadi lambat dan lemah.
- Kulit menjadi dingin, pucat dan lembab.
- Penderita menjadi linglung / bingung terkadang pingsan.
Tindakan penanganan:
- Beristirahat di daerah yang teduh, usahakan posisi istirahat berbaring atau datar.
- Meminum minuman yang mengandung elektrolit.
- Apabila pingsan, lakulan pertolongan pertama pada orang pingsan.
3. Heat Stroke (Stroke Karena Panas)
Heat Stroke merupakan suatu keadaan yang dapat berakibat fatal. Heat stroke terjadi karena terpapar panas dalam waktu yang sangat lama, dimana penderita tidak dapat mengeluarkan keringat yang cukup untuk menurunkan suhu tubuhnya. Heat Stroke dapat menyebabkan kerusakan permanen atau kematian. Suhu yang mencapai 39-41° celsius adalah masalah yang sangat serius, 1 derajat di atasnya sering kali berakibat fatal. Kerusakan permanen pada organ dalam yang terjadi misalnya otak dapat melambat bekerja hingga bahkan berhenti bekerja dan sering berakhir dengan kematian.
Gejala yang muncul antara lain:
- Sakit kepala atau pusing.
- Perasaan berputar atau vertigo.
- Kulit teraba panas, tampak merah dan biasanya kering.
- Denyut jantung meningkat dan bisa mencapai 160-180 kali/menit (dimana normalnya adalah 60-100 kali/menit).
- Laju pernafasan biasanya meningkat, tetapi tekanan darah jarang berubah.
- Suhu tubuh meningkat, bahkan dapat mencapai 40° - 41° celsius, menyebabkan perasaan seperti terbakar.
- Penderita dapat mengalami disorientasi (bingung) dan bisa mengalami penurunan kesadaran atau kejang.
Tindakan penanganan:
- Pindahkan korban dengan segera ketempat yang sejuk, buka seluruh baju luarnya.
- Bungkus korban dengan selimut yang sejuk dan basah. Usahakan agar selimut tetap basah. Dinginkan korban hingga suhunya mencapai 38° celcius.
- Saat temperatur mencapai kira-kira 38° celcius, ganti selimut basah dengan yang kering, lanjutkan perawatan pada korban secara hati-hati.
4. Mountain Sickness (Penyakit Gunung)
Mountain sickness adalah penyakit gunung yang disebabkan salah satunya karena adanya penurunan kadar oksigen di dalam darah karena berada di ketinggian tertentu. Kita tahu bahwa semakin tinggi maka kadar oksigen di udara akan semakin berkurang. Faktor yang dapat menjadi penyebab penyakit gunung ini adalah kurangnya aklimatisasi (proses penyesuaian diri pada dua kondisi lingkungan yang berbeda) dan pergerakan mencapai ketinggian tertentu yang terlalu cepat.
Gejala yang muncul antara lain:
- Kepala pusing.
- Napas sesak.
- Tidak nafsu makan.
- Mual dan terkadang muntah.
- Badan terasa lemas, lesu, malas.
- Jantung berdenyut lebih cepat.
- Penderita kesulitan tidur.
- Muka nampak pucat.
- Kuku dan bibir terlihat kebiru-biruan.
Tindakan penanganan:
- Memberikan gas oksigen kepada penderita atau mengatur pola pernapasan.
- Beristirahat yang cukup, pada umumnya gejala ini akan hilang dengan sendirinya setelah beristirahat selama 24 sampai dengan 48 jam.
- Jika kondisi tidak membaik maka harus menurunkan penderita dari ketinggian tersebut, sekitar 500 sampai dengan 600 meter.
5. Hypotermia (Hipotermia)
Hipotermia adalah suatu keadaan dimana kondisi tubuh tidak dapat menghasilkan panas yang disertai dengan menurunnya suhu inti tubuh di bawah 35°C. Hal ini dapat disebabkan beberapa faktor, diantaranya: cuaca yang ekstrim (dingin, berangin, atau badai), bawaan pakaian yang tidak cukup sehingga terpaksa mengenakan pakaian basah, kurangnya makanan yang mengandung kalori tinggi.
Gejala yang muncul antara lain:
- Tubuh kedinginan, lemas, kaku dan menggigil.
- Muka pucat dan kulit kering.
- Bingung, sikap seakan tidak wajar.
- Jatuh kesadaran/pingsan.
- Napas pelan dan pendek.
- Denyut nadi yang pelan dan melemah.
Gejala apabila dilihat dari suhunya:
- 37°C: Adalah suhu normal orang pada umumnya.
- 36°C - 35°C: Menggigil dengan disertai bulu yang berdiri, namun masih terkendali atau dapat diatur. Mempengaruhi gerak langkah menjadi lamban dan koordinasi tubuh mulai terganggu.
- 35°C: Menggigil hingga tidak terkendali.
- 35°C - 33°C: Pengambilan keputusan dan koordinasi tubuh mulai kabur, langkah kaki sering tersandung, berbicara kasar (dipaksakan untuk keras).
- 33°C: Tubuh semakin menggigil. Denyut nadi dan tekanan darah mulai menurun.
- 32°C - 29°C: Menggigil berhenti. Kebingungan meningkat, meracau, ingatan hilang, gerakan seakan tersentak-sentak, bola mata mulai membesar.
- 29°C - 28°C: Otot menjadi kaku, bola mata membesar, denyut nadi melemah dan tidak teratur, tarikan nafas melemah, warna kulit tubuh membiru/memutih, tingkah laku kacau, menuju ke arah tidak sadar.
- 27°C: Pingsan dan bola mata tidak lagi menjawab gerakan cahaya, kehilangan gerakan spontan tampak seperti telah meningal.
- 26°C: Koma yang sangat darurat, suhu tubuh mulai menurun dengan cepat sekali.
- 20°C: Denyut jantung berhenti.
Tindakan penanganan:
- Jangan biarkan orang yang terkena hipotermia tertidur, karena hal ini dapat membuatnya kehilangan kesadaran sehingga tidak mampu lagi menggangatkan badannya sendiri. Menggigil sebenarnya adalah usaha secara biologis dari badan untuk tetap hangat, karena itu usahakan untuk tidak tidur.
- Berilah minuman hangat dan manis kepada penderita hipotermia.
- Bila baju yang dipakai basah segera mungkin gantilah dengan baju yang kering.
- Usahakan untuk mencari tempat yang aman dari hembusan angin, misalnya dengan mendirikan tenda atau pelindung lainnya.
- Jangan membaringkan penderita di tanah secara langsung dan usahakan agar memakai alas kering dan hangat (seperti, matras/aluminium foil) .
- Masukkan penderita ke dalam kantong tidur. Usahakan agar kantong tidur tersebut di hangatkan terlebih dahulu. Umumnya saat memasukkan penderita ke dalam kantong tidur yang dingin tidak akan memadai karena badan penderita sulit menghasilkan panas yang mampu menghangatkan kantong tidur tersebut.
- Letakkan botol atau kantong yang diisi dengan air hangat ke dalam kantong tidur untuk membantu memanaskan kantong tidur.
- Bila kantong tidur cukup lebar, maka panas badan orang yang masih sehat dapat membantu penderita secara langsung, yaitu dengan tidur berdampingan di dalam satu kantong tidur. Kalau mungkin, dua orang masih sehat masuk ke dalam kantong tidur rangkap dua, kemudian si penderita di selipkan di tengah tengahnya.
- Apabila memungkinkan buatlah perapian di kedua sisi penderita.
- Segera setelah penderita sadar berikanlah makanan dan minuman manis atau hangat, karena hidrat arang merupakan bahan bakar yang cepat sekali menghasilan panas dan energi. Makanan yang dikenal efektif mengatasi hipotermia salah satunya yaitu bawang putih, karena dapat menghangatkan dari dalam seseorang.
6. Hipoksia
Hipoksia adalah kondisi simtoma kekurangan oksigen pada jaringan tubuh yang terjadi akibat pengaruh perbedaan ketinggian. Pada kasus yang fatal dapat berakibat koma, bahkan dapat berujung kematian. Namun, bila sudah terbiasa beberapa waktu, tubuh akan segera dan berangsur-angsur kembali ke kondisi normal.
Efek hipoksia yang paling dini terhadap fisiologi tubuh adalah menurunnya ketajaman penglihatan di malam hari, kecepatan bernapas paru-paru juga akan meningkat karena berusaha memperoleh oksigen sebanyak-banyaknya. Apabila keadaan lebih tinggi lagi, maka dapat dijumpai gejala-gejala seperti: rasa mengantuk, kelesuan, kelelahan mental, sakit kepala, mual dan kadang - kadang euforia atau rasa nyaman yang semu. Gejala yang paling nampak dominan adalah sakit kepala.
Jika hipoksia berlebihan maka akan membuat kejang, mengakibatkan koma dan mati rasa. Selain itu pertimbangan daya tanggap terhadap lingkungan menjadi berkurang sehingga menyebabkan kurangnya kontrol terhadap gerakan motorik. Hal tersebut memberikan dampak kemungkinan kecelakaan yang jauh lebih besar.
Efek hipoksia yang paling dini terhadap fisiologi tubuh adalah menurunnya ketajaman penglihatan di malam hari, kecepatan bernapas paru-paru juga akan meningkat karena berusaha memperoleh oksigen sebanyak-banyaknya. Apabila keadaan lebih tinggi lagi, maka dapat dijumpai gejala-gejala seperti: rasa mengantuk, kelesuan, kelelahan mental, sakit kepala, mual dan kadang - kadang euforia atau rasa nyaman yang semu. Gejala yang paling nampak dominan adalah sakit kepala.
Jika hipoksia berlebihan maka akan membuat kejang, mengakibatkan koma dan mati rasa. Selain itu pertimbangan daya tanggap terhadap lingkungan menjadi berkurang sehingga menyebabkan kurangnya kontrol terhadap gerakan motorik. Hal tersebut memberikan dampak kemungkinan kecelakaan yang jauh lebih besar.
Tingkat penyakit hipoksia:
- Hipoksia Fulminan, dimana terjadi pernapasan yang sangat cepat. Paru-paru menghirup udara tanpa adanya udara bersih dan oksigen. Sering ditemui kasus dalam waktu beberapa menit akan jatuh pingsan.
- Hipoksia Akut, dimana terjadi pada udara yang tertutup akibat keracunan karbon monoksida atau gas lain. Misalnya, seorang pendaki gunung tiba-tiba panik ketika gas belerang datang menyergap. Udara bersih tergantikan oleh gas beracun, dan paru-paru tidak mampu menghirup udara bersih, sehingga pendaki dapat mendadak pingsan.
Dampak dari dipoksia adalah:
- Kesulitan dalam koordinasi, berbicara, dan konsentrasi.
- Kesulitan bernapas, mengantuk, kelelahan dan sianosis (warna kulit membiru).
- Penurunan penglihatan, pendengaran dan fungsi sensorik lainnya
- Tubuh berkeringat dingin.
Hipoksia yang berlanjut dapat mengakibatkan ketidaksadaran/pingsan, koma dan akhirnya meninggal. Hal ini tergantung pada ketinggian dan kondisi pendaki. Proses hipoksia timbul secara perlahan. Biasanya pendaki gunung yang terlalu lama dalam perjalanan pendakian, sesampainya di rumah tubuhnya tidak dapat menerima perubahan suhu.
Hipoksia yang terjadi agak lama, tentu saja akan mengganggu proses pernapasan yang dilakukan paru-paru. Untuk mencegah dampak buruk dari hipoksia, para pendaki gunung yang sebelumnya mengidap penyakit jantung, pernapasan dan gangguan sirkulasi darah dianjurkan untuk tidak mencapai ketinggian yang melebihi daya tahan tubuh. Dianjurkan sebelum mendaki gunung, seseorang diharapkan periksa keadaan dan kesehatan diri.
7. Frostbite
Frostbite dikenal juga dengan radang dingin dimana jaringan sel di dalam tubuh menjadi rusak karena terjadi pembekuan. Cuaca dingin membuat cairan sel diantara kulit dan kapiler membeku dan menjadi rusak karena pembekuan dan menyebabkan aliran menjadi tidak lancar. Apabila terdapat bagian-bagian yang tidak teraliri darah lebih dari 15 menit akan menimbulkan gangrene (pembusukan), sehingga harus di amputasi. Frostbite biasanya dapat timbul saat temperatur kulit yang berada di bawah 10°C.
Gejala yang muncul antara lain:
- Kulit atau tubuh mengeras, padat, putih keabu - abuan.
- Jaringan kulit akan mengeras dan dapat meluas ke otot dan selanjutnya ke tulang.
- Bagian yang terkena frostbite terasa dingin bahkan mati rasa.
Tindakan penanganan:
- Membungkus bagian yang terkena dengan bahan yang kering dan tahan air (water crous).
- Memasukkan penderita ke dalam tenda, lalu masukkan bagian yang membeku ke dalam air hangat yang bersuhu 30°C.
- Apabila telah meluas, jalan satu - satunya adalah dipotong/amputasi.
Diperbarui pada 22 Januari 2017.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berkomentar dengan baik dan bijak, menghormati satu sama lain. Terima kasih.